[Trans] HYYH Notes: Jeon Jungkook

Hari dimana aku ingin berlari ke tempat yang hatiku inginkan
25 Juni tahun 20


Aku menyentuh tuts piano dengan ujung jariku, gerakan yang membuat debu bergesekan di jariku. Menggunakan sedikit tekanan di jariku untuk menekan tutsnya, piano itu mengeluarkan suara yang berbeda dari yang hyung mainkan. Hyung sudah 10 hari tidak masuk sekolah. Hari ini aku mendengar bahwa dia akan dikeluarkan. Namjoon-hyung dan Hoseok-hyung tidak mengatakan apapun, dan aku tidak mengatakan apapun karena aku takut. Dua minggu lalu ketika guru menemukan tempat rahasia kami, hanya ada aku dan hyung disana. Ada pertemuan orang tua hari itu dan aku tidak ingin berada di kelas. Jadi aku berlari ke tempat itu. Hyung bahkan tidak menoleh, dia hanya memainkan piano dan aku berbaring di dua bangku yang digabungkan, menutup mata berpura-pura tidur. Hyung dan piano tampak berbeda namun di waktu yang sama mereka juga satu, sehingga aku tak bisa memikirkan mereka terpisah. Terkadang mendengarkan hyung bermain piano membuatku ingin menangis.

Ketika aku merasakan air mataku hampir jatuh, aku buru-buru membalikan badan, tapi kemudian pintu terbuka dengan keras dan suara piano terhenti. Aku ditampar di pipi, terhuyung ke belakang dan akhirnya terjatuh. Aku mengepalkan tangan untuk menahan diri mendengar omelannya, tapi kemudian tiba-tiba suaranya berhenti. Aku mendongak, hyung mendorong bahu guru dan berdiri di depanku. Melalui bahu hyung, aku bisa melihat ekspresi marah si guru.
Aku menekan tuts piano. Aku mencoba meniru lagu yang hyung biasa mainkan. Apakah dia benar-benar keluar sekolah? Apakah dia tak akan pernah kembali? Hyung mengatakan beberapa pukulan dan tendangan sudah biasa untuknya. Jika aku tidak ada disana, apakah dia tidak akan menyerang guru? Jika aku tidak disana, akankah hyung masih bermain piano disini?



11 April tahun 22


Akhirnya, permohonanku terkabul. Aku sengaja menabrak preman di jalan dan dipukuli sebanyak yang aku mau. Aku tetap tersenyum selama dipukuli, dan mereka memukulku lebih keras, menyebutku gila. Aku bersandar di rolling door dan menatap langit. Ini sudah larut malam. Tidak ada apapun di langit yang gelap gulita. Aku melihat rumput tumbuh tak jauh dariku. Itu tergeletak rata tertiup angin. Sama sepertiku. Aku memaksakan diri tertawa untuk menghentikan air mata berjatuhan.

Dibawah mataku yang tertutup, aku melihat ayah tiriku berdehem membersihkan tenggorokannya. Saudara tiriku tertawa. Keluarga ayah tiriku melihat kearah lain atau membicarakan hal yang tak penting. Mereka bersikap seolah aku tidak ada disana, seolah keberadaanku bukan apa-apa. Di depan mereka, ibuku kebingungan. Dia mendorong dirinya dari lantai, membuat debu berterbangan dan terbatuk. Itu menyakitkan, seolah seseorang menusuk dadaku dengan pisau. Aku naik ke atap kontruksi. Kegelapan malam tampak membayangi kota. Aku naik keatas pegangan tangga, merentangkan tanganku dan berjalan. Saat itu, kakiku tersandung dan hampir hilang keseimbangan. Hanya satu langkah lagi dan aku akan mati, aku pikir. Tapi jika aku mati, segalanya akan berakhir. Tak seorang pun akan sedih jika aku menghilang.


16 Juli tahun 22


Aku berdiri disamping jendela, memasang earphoneku dan perlahan menyanyikan lagunya. Ini sudah seminggu. Sekarang aku bisa bernyanyi tanpa melihat liriknya. Aku melepas sebelah earphoneku dan berlatih dengan suaraku. Dia mengatakan dia menyukainya karena liriknya begitu indah, tapi liriknya begitu memalukan, jadi aku hanya menggaruk kepalaku. Cahaya matahari di bulan juli menerobos bingkai jendela yang besar. Dedaunan hijau berguguran dan bersinar, mungkin karena angin, dan sentuhan yang cahaya matahari tinggalkan di wajahku terasa berbeda setiap waktu. Aku menutup mataku. Aku memandang warna kuning, merah dan biru mewarnai dibelakang mataku yang tertutup. Aku tidak tahu jika ini karena lirik atau karena matahari, tapi sesuatu tumbuh dalam hatiku, menggelenyar dan membakar.



Source english translate Cr: ktaebwi, Rosoidae, TXYfifteen


Komentar

Posting Komentar