Jika aku memilih jalan yang lain, kamu tidak akn meninggalkanku, kan? |
Aku melepas sepatuku, menjatuhkan tasku dan memasuki ruang tengah. Ayah
benar-benar ada disana. Aku tidak memikirkan sudah berapa lama sejak tetakhir
kali aku melihatnya atau darimana saja dia. Aku hanya berlari ke pelukannya.
Aku tidak ingat dengan jelas apa yang terjadi selanjutnya. Apakah aku lebih
dulu mencium bau alkohol, mendengar dia mengumpat padaku, atau ditampar
olehnya? Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ada bau busuk alkohol, nafas
yang berantakan dan busuk. Matanya merah, janggutnya tumbuh tak terpelihara.
Dia menampar pipiku dengan tangan besarnya. Dia bertanya padaku, apa yang aku
lihat dan menamparku lagi. Lalu dia mengangkatku ke udara. Matanya menakutkan,
tapi aku terlalu takut untuk menangis. Dia bukan ayahku. Tidak, dia benar
ayahku. Tapi dia tidak seperti ayahku. Kakiku gemetaran di udara. Detik
selanjutnya, kepalaku menghantam tembok, tubuhku meluncur ke lantai. Aku merasa
kepalaku seperti akan meledak. Penglihatanku mengabur dan perlahan menggelap.
Satu-satunya yang tertinggal di kepalaku adalah suara ayah yang terengah-engah.
22 Mei tahun 22
Aku berjalan melewati hutan pinus ketika aku melihat hyung menerima panggilan
jauh dibelakang. Ini sering terjadi akhir-akhir ini. Dia akan berpindah ke
tempat dimana tak seorangpun bisa mendengarnya. Aku sengaja memperlambat
langkahku dan bersembunyi didekat laut. Hyung tidak melihatku dan hanya
berjalan lurus melewatiku. "Dia hanya satu tahun lebih muda dariku. Aku
tidak peduli. Ini bukan sesuatu yang bisa aku pertanggungjawabkan. Tolong urus
sendiri."
Ada sesuatu yang dingin merayapi punggungku.
Seperti segala hal di dunia baru saja runtuh, seperti aku tengah mengambang
ditengah laut yang dalam sendirian. Aku kedinginan dan ketakutan. Aku
menyedihkan dan kesepian. Aku marah. Aku marah dan tak bisa bersabar lagi. Aku
ingin menghentikan segalanya. Aku ingin melakukan seauatu yang buruk, apapun.
Aku selalu ketakutan. Darah ayah mengalir dalam diriku. Siapa tahu, mungkin gen
kekerasannya diwariskan padaku. Aku merasa seperti didalam pelindung yang aku
bungkus dengan erat, ada sesuatu yang menerobos keluar.
25 Juni tahun 22
Aku sengaja memperlambat langkahku dan mendengarkan dengan hati-hati suara
pelan dari seseorang yang berlari di belakangku. Hari ini ketiga kalinya kami
bertemu di toko swalayan. Jika ada yang berbeda, itu adalah dia melarikan diri
sesegera mungkin begitu melihatku. Dia berjalan-jalan di lahan kosong di
belakang toko. Tapi ketika aku muncul dia bersembunyi lagi. Dia pikir dia
bersembunyi dengan baik, tapi bayangannya memanjang ke depan lahan yang kosong.
Aku terkikik. Aku berlalu, berpura-pura tidak melihat apapun, tapi dia mulai
mengikutiku.
Aku masuk ke dalam gang. Ini satu-satunya
tempat di lingkungan kami dimana lampu jalan tidak rusak. Gangnya panjang dan
lampu jalan ditempatkan di tengah. Ketika sumber cahaya ada di depan, bayangan
terbentang di belakang. Jadi sekarang bayanganku membentang dibelakangku.
Mungkin ini akan mencapai kaki orang yang mengikutiku dengan nafas tertahan.
Begitu aku mencapai lampu jalan, bayanganku menghilang di bawah kakiku. Aku
mulai berjalan agak cepat. Tak lama kemudian, bayangan yang bukan milikku
muncul di jalan semen yang berdebu. Begitu aku berhenti, seseorang dibelakangku
juga berhenti dan berdiri disana juga. Dua bayangan dengan tinggi yang berbeda
masih berdiri berdampingan.
Aku berbicara. "Aku akan menunggu sampai
kamu datang kesini." Bayangan itu melompat seolah terkejut, dan menahan
nafas seperti dia tak ada disana. "Aku bisa melihatmu." Aku menunjuk
bayangan itu. Suara langkah kaki mulai mendekatiku menyentakkan kaki dengan
sengaja. Aku tertawa.
Source english translate Cr: ktaebwi, Rosoidae, TXYfifteen
Komentar
Posting Komentar