Aku hanya bisa memperhatikanmu dari jauh, karena waktunya belum datang |
15 Mei tahun 20
Aku pergi ke gudang kelas yang menjadi tempat rahasia untuk kami yang tak
memiliki tujuan dan menegakkan beberapa kursi. Aku mengatur meja yang terbalik
dan membersihkan debu di atasnya dengan telapak tangan. Faktanya perpisahan
selalu membuat orang sentimentil. Hari ini adalah hari terakhirku datang ke
sekolah. Kami sudah memutuskan untuk pindah dua minggu yang lalu. Aku tidak
tahu apakah aku akan kembali kesini atau apakah aku bisa bertemu para hyung dan
para dongsaeng lagi?
Aku melipat kertas menjadu setengah dan
meletakkannya diatas meja. Meski aku memegang pensil di tanganku, aku tidak
tahu apa yang harus kutulis. Waktu berlalu. Setelah menulis beberapa kata yang
tidak berarti, ujung pensil patah dengan suara 'tak'. 'Kamu harus bertahan
hidup'. Aku tanpa sadar mencorat-coret kertas. Diantara bubuk hitam pensil dan
coretan itu, tersebar kisah yang berantakan, kisah dari kemiskinan, orang tua,
dongsaeng, kepindahanku.
Aku meremas kertas, memasukkannya ke dalam
saku, dan bangkit dari kursi. Debu berterbangan ketika aku mendorong bangku.
Aku baru saja bersiap untuk pergi, namun aku malah memburamkan kaca dengan
nafasku, meninggalkan tiga kata. Tak ada perpisahan yang akan cukup, tak ada
kata yang diperlukan untuk mengungkapkan semuanya. 'Kita akan bertemu lagi ()'.
Daripada sebuah janji, ini adalah sebuah harapan.
11 April tahun 22
Aku tengah meraba beberapa baju saat Taehyung mengulurkan tangan dari belakang
dan mengambil satu. Baju dengan kutipan yang sama dengan yang tercetak di baju
yang kupakai. Taehyung tertawa malu-malu, melepas kemeja sobeknya. Di bawah
lampu remang-remang yang menggantung di trailer, untuk sesaat, aku melihat
punggung memarnya. Hoseok menatapku terkejut. Taehyung melihat dirinya di
cermin kotorku memakai bajuku. Dan dia tertawa.
"Dia menggambar grafiti atau apalah itu,
dan tertangkap polisi saat lari berkeliling. Aku harus mengeluarkannya jadi aku
terlambat." Aku berpura-pura memukul Taehyung dan Taehyung memasang
ekspresi berpura-pura meminta maaf. Yoongi-hyung yang duduk di sudut trailer,
berjalan kearah kami dan menepuk bahu Taehyung.
30 Juni tahun 22
Dengan perasaan yang aneh, aku melihat tanganku menekan tombol 'buka' seolah
memiliki kendali sendiri. Ada momen seperti ini. Momen yang meskipun
jelas-jelas pertama kalinya, aku merasa seperti ini telah terjadi
berulang-ulang. Tepat sebelum pintu lift tertutup, pintupun terbuka lagi dan
orang-orang masuk berdesakkan. Aku melihat seseorang dengan rambut yang diikat
oleh pita kuning. Ini bukan karena aku mengenal orang itu akan disini sehingga
aku menekan tombol 'buka', tapi aku merasa seperti orang itu pasti akan ada
disini. Aku perlahan melangkah mundur lebih jauh. Aku mengangkat kepalaku
begitu punggungku menyentuh dinding lift yang dingin, pita kuning terlihat
olehku.
Punggung seseorang menjelaskan banyak hal.
Diantara mereka, aku hanya bisa mengerti beberapa. Terkadang aku bisa
mengira-ngira dengan samar, dan terkadang aku tak bisa mengerti dan
melupakannya. Aku tiba-tiba berpikir bahwa kamu hanya bisa mengatakan kamu
mengenal seseorang ketika kamu bisa membaca segalanya dari punggung mereka.
Kalau begitu, mungkin akan ada juga seseorang yang bisa membacaku dari
punggungku. Begitu aku menengadah, mata kita bertemu di cermin. Untuk sekejap
aku mengalihkan pandangan. Ketika aku menengadah lagi, aku hanya melihat
wajahku di cermin. Punggungku tak terlihat.
Source english translate Cr: ktaebwi, Rosoidae, TXYfifteen
Komentar
Posting Komentar