Ne minna, Konnichiwa..
Saya baru bikin cerita nih kalau sempat tolong baca dan komen ya. Oh iya, jangan terlalu memikirkan judulnya ya, kayaknya ngga ada kaitannya sama sekali antara judul dan isi.. T,T
Ja, Douzo...
Sinar
mentari di pagi hari yang begitu menyilaukan mata, angin yang berhembus pelan menggoyangkan
ranting-ranting pohon sakura yang bunganya mulai bermekaran dengan indah. Ya,
hari ini adalah awal musim semi, musim dimana waktunya bunga yang dominan
dengan warna pink itu mulai bermekaran dan di musim ini juga waktunya para
siswa memulai kembali kegiatan belajar mereka di sekolah.
“Sakura-chan, ohayou!!”
Sapa Makoto dengan semangat ketika melihat Sakura datang.
“Ah, Makoto-kun ohayou”
Balas Sakura ramah. Makoto dan Sakura adalah teman sedari kecil. Kini mereka
berdua sudah beranjak remaja, kini mereka adalah siswa tingkat 2 di salah satu
SMA yang berada di Tokyo. “Anoo, Makoto-kun aku..-” Belum selesai Sakura
berbicara, Makoto sudah memotongnya.
“Eto, Sakura-chan kamu
percaya tidak, kemarin Ayumi-chan menyatakan perasaannya padaku lho! Awalnya
aku bingung harus bagaimana, tapi melihat wajah Ayumi-chan yang manis itu
hatiku jadi luluh, dan sekarang aku sudah tidak jomblo lagi! Aku dan Ayumi-chan
sudah jadian!!” Cerita Makoto dengan semangat dan berapi-api. Sakura yang kaget
mendengar cerita Makoto itu, hanya bisa terdiam kaku. Ia tak bisa berkata
apa-apa saking syoknya. “Sakura-chan
pasti kaget ya, percaya atau tidak, kamu adalah orang pertama yang aku beri
tahu tentang hal ini, karena walau bagaimanapun kamu adalah teman baikku sejak
kecil” lanjut Makoto.
“Ah, aku benar-benar
kaget mendengarnya, aku tak percaya Makoto-kun yang kekanakan seperti itu bias
mendapatkan kekasih seperti Ayumi-chan” Ujar Sakura ceria mencoba bersikap
seperti biasa. Makoto yang mendengarnya tertawa pelan, ketika sedang asyik
mengobrol tiba-tiba masuk seorang guru yang sepertinya akan menjadi wali kelas
mereka.
---SKIP TIME---
Bel
tanda waktunya istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar dari
kelasnya. Begitu pun dengan Sakura dan Makoto, mereka keluar dari kelas bersama-sama hendak pergi ke kantin, namun
tiba-tiba ada suara yang memanggil Makoto, dengan refleks Makoto menengok ke
belakang di ikuti Sakura, ternyata Ayumi lah yang memanggil Makoto, kelas Ayumi
dan kelas Makoto memang bersebelahan jadi mereka berdua bisa bertemu.
“Ayumi-chan! Aku dan
Sakura-chan mau ke kantin nih, ayo Ayumi-chan juga ikut” Ajak Makoto, yang
disambut anggukan oleh Ayumi. Mereka bertiga pun pergi ke kantin bersama, namun
jika sebelumnya Sakura yang berada disamping Makoto kini Ayumi lah yang ada
disampingnya, sementara Sakura berjalan di belakang mereka berdua.
Musim semi yang harusnya indah itu pun berubah
menjadi kelam, kuncup bunga sakura yang harusnya mekar pun berguguran sebelum
berkembang. Rasanya seperti tiba-tiba ada badai es di musim semi. –Yah,
setidaknya itulah yang dipikirkan Sakura sekarang—. Semangatnya tiba-tiba
hilang, sebenarnya hari ini ia bermaksud menyatakan perasaannya kepada Makoto,
perasaan yang sudah ia pendam semenjak ia menyadari perasaan itu ketika hari
kelulusannya di SMP. Itu artinya sudah hampir satu tahun lebih ia memendam
perasaan sukanya, namun baru kali ini ia berani mengungkapkan perasaannya. Dan tanpa sempat ia mengungkapkan perasaannya, ia
sudah ditolak secara tidak langsung. Diam di kantin pun ia hanya merasa sakit
hati melihat orang yang disukainya bermesraan bersama orang lain. Setelah
menghabiskan makan siangnya, Sakura berpamitan kepada Makoto dan Ayumi untuk
kembali ke kelas.
Bukannya
kembali ke kelas, Sakura malah pergi menuju atap sekolah. Ia berjalan dengan
gontai menuju atap. Ketika sampai di atap, Sakura hanya berdiri terdiam di
pinggir atap, ia memandang kosong ke bawah, ia memikirkan kejadian demi
kejadian yang berlangsung hari ini. Jika dipikirkan baik-baik, Ayumi memang
cocok dengan Makoto, wajah Ayumi yang cantik dan sikapnya yang manis serta
dewasa itu cocok untuk melengkapi sifat Makoto yang agakkekanakan menurutnya.
Dengan wajah putus asa, ia membiarkan angin menerpa kulit wajahnya yang putih
mulus itu. Ia melangkah perlahan dan tanpa sadar ia hampir terjatuh jika saja
tak ada tangan yang menahannya. Sadar tangannya digenggam seseorang, Sakura
langsung berpaling memandang wajah pemilik tangan yang kini menggenggamnya
erat.
“Jangan bunuh diri di
sekolah, kau bisa membuat hantu di sekolah ini makin banyak tahu!” Ujar lelaki
yang masih menggnggam tangan Sakura, menahannya supaya tidak jatuh. Sakura
masih memandang lelaki itu dengan tatapan bingung.
“Siapa yang mau bunuh
diri?” Elak Sakura masih dengan ekspresi bingung. Lelaki itu memutar matanya
bosan, ia menarik Sakura supaya menjauh dari tepi atap.
“Cih, jangan mengelak
begitu. Wajahmu yang putus asa itu sudah menjelaskan semuanya tahu,”
“Jangan sok tahu! Aku
benar-benar tidak berniat untuk bunuh diri!” Elak Sakura lagi setengah
berteriak, kini ekspresinya berubah menjadi kesal. Lelaki itu hanya tersenyum
mengejek mendengar elakan dari Sakura. Lelaki itu perlahan mendekatkan wajahnya
ke wajah Sakura, ketika jarak diantara mereka hanya tinggal 5 cm lagi, Sakura
dan lelaki itu hanya terdiam saling bertatapan, Sakura yang wajahnya sudah
berubah menjadi merah seperti apel karena saking gugupnya, perlahan menutup
matanya, ia bisa merasakan hembusan napas pemuda di depannya itu, namun
tiba-tiba.. ‘PLETAK!!’ lelaki itu menyentil dahi Sakura dengan jarinya , dan
secara reflek Sakura langsung mundur mengaduh kesakitan sambil mengusap dahinya
yang disentil tadi.
“Ish, apa yang kau
lakukan?! Sakit tahu!”
“Harusnya aku yang
bertanya seperti itu! Kenapa wajahmu memerah seperti apel begitu? Kau pikir aku
akan menciummu begitu?” Ujar lelaki tadi mengejek sambil menyeringai, membuat
Sakura semakin kesal.
“Apa?! Siapa juga yang
berpikir begitu?!” Pekik Sakura kesal. “Dan lagi memangnya kau itu siapa sih?!
Seenak jidat begitu mengganggu orang lain!!” lanjut Sakura bertambah kesal.
Bukannya menjawab pertanyaan Sakura lelaki itu malah berbalik hendak pergi
meninggalkan Sakura. Merasa tak dipedulikan Sakura berbicara lagi dengan
setengah berteriak. “Hoi baka! Jawab jika ada orang yang bertanya!!”
“Sudah bel, waktunya
masuk ke kelas.” Ujar lelaki itu datar, ia pergi meninggalkan Sakura sendirian
di atap, Sakura yang sudah sangat kesal akhirnya mengikuti langkah lelaki itu
pergi dari atap menuju ke kelasnya. Sakura melihat lelaki itu berbelok ke koridor menuju gedung tempat siswa tingkat tiga.
‘Jadi orang itu sudah tingkat tiga ya?’ Pikir Sakura dalam hati. ‘Eh, tingkat tiga?! Be–berarti dia kakak
kelas dong?!’ Sakura terdiam memikirkan fakta itu, dan tiba-tiba dengan
panik ia segera berlari menuju kelasnya.
Makoto
yang sudah berada di kelas dari tadi kaget melihat Sakura yang datang ke kelas
sambil terengah-engah, dan dengan segera Makoto menghampiri temannya itu, ia
menatap Sakura khawatir.
“Kamu baik-baik saja
Sakura-chan?” Tanya Makoto khawatir.
“Haah.. Haah.. A–aku
baik-baik saja kok, haah.. hanya saja tadi aku haah.. berlari kesini, karena
takut telat haah.. Aduh aku capek!” Jawab Sakura terengah-engah, ia pun duduk
di kursinya lalu Makoto memberinya sebotol air minum. ”Arigatou Makoto-kun”
Ujar Sakura berterima kasih setelah bisa mengatur pernapasannya lagi.
“Sebenarnya kau dari
mana sih? Tadi kau bilang padaku mau ke kelas, tapi saat aku ke kelas kau tak
ada” Tanya Makoto masih khawatir.
“Ah, sebenarnya tadi
aku ke toilet dulu. Sepertinya tadi aku ketiduran di toilet. Hahahah.. Konyol
ya,” Jawab Sakura berbohong, ia tak mau Makoto tahu apa yang sebenarnya terjadi
tadi.
“Ish, kau ini.. Jika
terus begitu kau tak akan punya pacar!” Ancam Makoto yang hanya ditanggapi
dengan tawa oleh Sakura. Makoto tidak tahu, sebenarnya Sakura ingin Makoto yang
menjadi kekasihnya, tapi sekarang itu tidak mungkin, Makoto sudah dimiliki oleh
orang lain.
“Kalau aku tidak punya
pacar terus, kau mau bagaimana?” Tanya Sakura di sela tawanya.
“Aku akan mencarikan
pacar untukmu, yang pasti harus orang yang baik. Yah, minimal seperti aku,
sudah baik, imut, penyayang pula” Ujar Makoto membanggakan dirinya sendiri.
“Kalau begitu kenapa
tidak Makoto-kun saja yang jadi kekasihku?” Tanya Sakura berubah serius,
Makoto hanya terdiam kaget mendengar
pertanyaan Sakura, ia tidak tahu harus menjawab apa. Sadar pertanyaannya
membuat suasana diantara mereka menjadi tidak enak, Sakura segera
mencairkannya. “Tapi Makoto-kun itu kan pacarnya Ayumi-chan ya? Lagipula
memangnya kau pikir aku mau berpacaran denganmu yang kekanakan seperti itu? Aku
saja heran kenapa Ayumi-chan bisa menyukaimu yang lebih kekanakan dari anak SD
itu?” Ejek Sakura mencoba mencairkan suasana.
“Apa kau bilang?! Aku
kekanakan katamu?” Tanya Makoto kesal disebut kekanakan. Yang hanya dijawab
anggukan oleh Sakura, belum sempat Makoto menyelesaikan acara marah-marahnya,
masuk guru matematika menyuruh para siswa duduk di kursinya masing-masing.
Akhinya Makoto duduk di kursinya yang terletak di depan Sakura.
---SKIP
TIME---
Sekarang
waktunya untuk para siswa pulang, mereka bersemangat ketika keluar kelas.
Begitu pun dengan kelas yang Sakura dan Makoto tempati, para siswa ada yang
keluar kelas sambil mengobrol, ada yang mendengarkan musik, ada yang berjalan
terburu-buru, dan ada juga yang keluar kelas sambil memainkan ponselnya. Sakura
sendiri belum keluar kelas karena ia sedang mengobrol dengan Makoto tentang hal
ketika istirahat tadi. Tapi tiba-tiba Aoi, salah satu teman sekelas mereka
menghampiri Makoto memberitahunya bahwa diluar kelas ada gadis yang
menunggunya. Tanpa babibu dan tanpa berpamitan kepada Sakura, Makoto berlari
keluar kelas sambil menenteng tas nya. Sakura yang merasa dicuekin mengambil
tasnya lalu berjalan keluar kelas, ia melihat Makoto dan Ayumi berjalan bersama
menuju halaman sekolah, Sakura hanya menghela napas panjang melihat kebersamaan
pasangan baru itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang sendiri, padahal
biasanya ia selalu pulang bersama Makoto. Ia berjalan sendirian di halaman
sekolah sambil menundukkan kepala, dan tak sengaja ia menabrak seseorang.
“Makanya kalau jalan
hati-hati dong, hei kepala apel!” Ucap suara yang ia kenal, perlahan Sakura
mengangkat kepalanya dan benar saja ternyata itu adalah kakak kelas yang ia
temui di atap tadi.
“Hoi! Jangan panggil
aku kepala apel! Aku punya nama tahu!!!” Bentak Sakura tak terima di panggil
kepala apel oleh orang yang tidak ia kenal.
“Namamu Higashino
Sakura kan? Aku tahu kok, namaku Daichi, Kagayama Daichi. Aku murid tingkat tig
di sekolah ini” Ucap lelaki bernama Daichi itu memperkenalkan dirinya. Sakura
heran kenapa kakak kelasnya tahu nama lengkapnya, padahal kalau tidak salah
mereka berdua baru bertemu hari ini.
“Darimana kau tahu
namaku?!” Tanya Sakura dengan nada yang cukup tinggi. Daichi tak menjawab
pertanyaan Sakura, ia malah mengalihkan pembicaraannya.
“Ah,
sudah jam segini, aku harus segera pulang. Ja, mata ne” Pamit Daichi pergi
meninggalkan Sakura, namun karena penasaran Sakura mengikuti Daichi sampai ke
parkiran sekolah. Sakura kaget melihat Daichi yang masuk ke dalam mobil sport mewah
yang sepengetahuan Sakura hanya 3 orang yang memilikinya di sekolah ini,
yaitu putra Kepala Sekolah bernama
Takahashi Sou, ketua OSIS bernama Ogasawara Hikaru dan yang terakhir wakil
ketua OSIS yang bernama Yamazaki Sora. Sakura memandang mobil sport itu penuh
tanda tanya, sebenarnya siapa Daichi itu?
……..…. PART 1 END…………
wah komen pertama
BalasHapusuntuk tulisan, udah lebih rapi dibanding yg lama
tapi untuk tanda baca dan kata depan, masih perlu dicek lebih teliti lagi, masih banyak yg keliru
pembukaannya (paragraf pertama) bisa dibilang 'terlalu biasa'
coba deh, kamu baca2 buku lebih banyak lagi, dan buat pembukaan yg lebih menarik
sekian komennya, nggak terlalu banyak kyak dulu, hehehe
selamat menulis lagi
Iya! Makasih kak atas komennya,,
BalasHapusPembukaan ya? Yah emang sih menurut aku juga itu terlalu mainstream. #tapiApaDaya.. T,T
Soal tanda baca dan kata depan, oke saya akan berusaha supaya lebih teliti lagi!!