Ne, Katakanlah -Part 2-

Yo Minna, Konbanwa... ^^
Ini ada lanjutan dari cerpen -atau lebih tepatnya cerbung- buatan saya, walaupun mungkin tidak menarik, membosankan, memuakkan, or everything like that, saya harap minna semua mau membaca cerbung ini..
Ja, Douzo.. ^w^)/


     Seminggu berlalu, hari sudah mulai beranjak siang, sinar matahari yang menyilaukan itu masuk ke sela-sela jendela apartemen Sakura, Sakura yang masih tertidur perlahan membuka matanya dan melihat jam weker yang berada disamping tempat tidurnya, jam itu menunjukkan pukul 07.30 menyadari ia terlambat bangun, Sakura segera bergegas mandi dan berganti pakaian. Dalam waktu 15 menit, ia sudah siap untuk pergi ke sekolah. Sakura berlarian menuju sekolah, ia takut telambat datang.
     Di halaman sekolah, Sakura melihat Makoto yang sedang berjalan menuju kelas bersama Ayumi, tiba-tiba ia merasa sangat kesal. Sakura hanya terdiam kesal, namun perutnya sakit, sepertinya penyakit magnya kambuh karena tadi ia tidak sempat sarapan. 
     Akhirnya Sakura pergi ke UKS untuk beristirahat dan sekalian meminta obat. Lagipula ia merasa malas bertemu dengan Makoto. Sakura berbaring diranjang UKS yang tidak terlalu empuk itu, ia hanya memainkan smartphonenya dengan bosan. Ketika ia hendak menyimpan ponselnya kedalam tas, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan dilayar ponselnya terlihat ada panggilan masuk dari Makoto. Sakura bingung harus mengangkatnya atau tidak, ia membiarkan ponselnya terus berbunyi melantunkan lagu favoritnya yang ia jadikan nada dering khusus untuk Makoto. Akhirnya, ponsel Sakura pun berhenti berbunyi, digantikan getar tanda pesan masuk. Dengan ragu Sakura membuka dan membaca pesan yang ia sudah tahu siapa pengirimnya.

From: Makoto no baka
Subject: Kamu Dimana?
Isi: Sakura-chan, kamu dimana? Ini sudah bel  masuk lho, tapi gurunya belum masuk sih :D
    Lalu, kenapa kamu tidak mengangkat telepon ku? Jangan bilang kamu baru bangun :3

     Sakura tersenyum tipis membaca pesan dari Makoto, perasaannya campur aduk antara senang mendapat pesan dari Makoto dan kesal karena ingat kejadian tadi pagi. Akhirnya, setelah lama berpikir Sakura membalas pesan dari Makoto dengan singkat.

To: Makoto no baka
Subject: Di UKS
Isi: Aku ada di UKS, aku tidak enak badan.

     Tak beberapa lama setelah pesan itu terkirim, ponsel Sakura kembali berbunyi, Makoto menelponnya lagi. Kini dengan terpaksa Sakura mengangkat telepon dari Makoto. Begitu telepon diangkat, langsung terdengar ocehan dari Makoto.
“Sakura-chan! Kamu sakit apa? Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau kamu sakit? Aku kan bisa menjemputmu, dan berangkat bersamamu!” Oceh Makoto khawatir dengan keadaan Sakura.
“Aah, sepertinya mag-ku kambuh lagi, karena tadi tidak sempat sarapan. Tapi sensei bilang aku akan baik-baik saja setelah beristirahat.” Ujar Sakura dengan tenang –tepatnya mencoba menenangkan Makoto–  “Tenang, aku sudah baik-baik saja kok, kamu tak perlu khawatir kepadaku. Aku bukan tipe orang yang harus di khawatirkan kok, lebih baik kamu mengkhawatirkan dirimu sendiri, memangnya kamu sudah menyelesaikan PR dari Saki-sensei?” lanjut Sakura mencoba berbicara seperti biasa, ceria.
“PR dari Saki-sensei? Memangnya ada ya?” tanya Makoto dengan nada suara kebingungan.
“Kau ini pelupa seperti biasa ya! Pake tanya PR yang mana, itu lho PR matematika yang 10 soal,” Ujar Sakura dengan agak kesal mencoba mengingatkan Makoto.
“PR matematika? 10 soal?” Makoto mencoba mengingat tugas yang diberikan Saki-sensei kemarin. “Aah!! Aku lupa ada PR, bagaimana ini? Oh tidak sebentar lagi Saki-sensei masuk! Sakura-chan, tasukete!” Teriak Makoto panik, lalu tak berapa lama sambungan telepon terputus, Sakura hanya bisa terdiam mengingat kecerobohan teman masa kecil dan sekaligus orang yang disukainya itu. Sakura kembali terdiam setelah teleponnya terputus, ia berjalan-jalan melihat poster-poster yang tertempel di dinding UKS.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00, sebenarnya Sakura sudah bisa kembali ke kelas, namun ia merasa malas untuk kembali. Setelah meminta izin kepada guru UKS, akhirnya  Sakura diperbolehkan diam di UKS. Sakura mengobrol bersama guru UKS bernama Fuyumi-sensei, namun tiba-tiba ponsel Fuyumi-sensei berbunyi, lalu Fuyumi-sensei permisi untuk pergi mengangkat telepon.
Sudah hampir 20 menit sejak Fuyumi-sensei keluar dari UKS, Sakura yang merasa bosan pun kembali memainkan ponselnya yang tadi sempat ia non-aktifkan, begitu ponselnya menyala ada 5 pesan masuk yang baru, dan semuanya dari Makoto. Ia membuka pesan yang pertama.

From: Makoto no baka
Subject: Aku dihukum
Isi: Sakura-chan, kau percaya tidak? Aku disuruh mengerjakan tugas matematika dari Saki-sensei 5 kali lipat!! Coba bayangkan!!! ><

Sakura hanya tersenyum membaca pesan yang pertama itu, hal itu sudah tak aneh jika Makoto yang melakukannya. Ia kemudian lanjut membaca pesan berikutnya.

From: Makoto no baka
Subject: Kamu kenapa?
Isi: Kenapa ponselmu tidak aktif?! Kau marah ya?

From: Makoto no baka
Subject: Aku lupa ><
Isi: Aku lupa kamu sedang sakit, maafkan aku!! ><

From: Makoto no baka
Subject: Bagaimana keadaanmu?
Isi: Sakura-chan, apa kau sudah baikkan? Walau bagaimanapun aku sangat                    mengkhawatirkanmu! Dari jam pertama sampai sekarang jam ketiga kau belum masuk, apa kau benar-benar sudah baikan? Sebentar lagi jam istirahat, aku akan mengunjungimu di UKS ^_^)6

Sakura tersenyum membaca pesan-pesan yang dikirimkan Makoto. Sepertinya Makoto benar-benar khawatir padanya, dan ia merasa senang diperhatikan oleh Makoto. Lalu dengan ceria Sakura membuka pesan yang terakhir.

From: Makoto no baka
Subject: Aku akan mengunjungimu!
Isi: Sakura-chan! Istirahat nanti aku akan mengunjungimu bersama Ayumi-chan, sekarang lebih baik kamu beristirahat dengan tenang ya! Ja ne, ^_^)/

Melihat pesan yang terakhir, Sakura merasa sangat kesal sekali, kenapa Makoto harus mengajak Ayumi? Kenapa ia tidak datang sendiri saja ke UKS? Tidak mungkin seorang Makoto menjadi penakut, tidak berani pergi ke UKS sendiri. Sakura menghela napas panjang, kenapa ia jadi kesal begini. Sakura termenung sendiri di ranjang UKS, tiba-tiba pintu UKS terbuka. Sakura awalnya mengira itu adalah Fuyumi-sensei, namun ternyata perkiraannya salah.
“Mana Fuyumi-sensei?” Tanya seorang lelaki yang tenyata adalah Daichi, Sakura hanya mengangkat bahunya tanda  ia tidak tahu kemana Fuyumi-sensei pergi. Daichi terdiam sambil berekspresi menahan sakit, Sakura yang melihat ekspresi Daichi yang seperti menahan sakit itu segera saja menghampiri Daichi. Sakura melihat lutut Daichi yang terluka dan mengeluarkan darah yang sebenarnya tidak terlalu banyak.
“Kenapa dengan lututmu?” Tanya Sakura dengan sedikit khawatir melihat darah yang keluar dari lutut Senpai-nya itu.
“Sebaiknya kau panggil dulu Fuyumi-sensei supaya dia mengobatiku,” Ujar Daichi mengalihkan pembicaraan sambil duduk di kursi yang ada di dekat ranjang, Sakura memandang Daichi kesal. Sakura tidak menuruti Daichi, ia malah mengambil antiseptik, obat merah, kapas dan segulung perban. Lalu perlahan ia membersihkan luka Daichi dan memberinya obat merah.
“Ish, apa yang kau lakukan?! Aw, itu sakit! Tak bisakah kau pelan-pelan?!” Daichi meringis kesakitan ketika Sakura membersihkan luka pada lututnya.
“Kau bisa diam tidak sih?! Ini akan menghabiskan waktu lama jika kau tidak segera diam!” Bentak Sakura membuat Daichi terdiam, lalu Sakura lanjut mengobati luka Daichi. Setelah selesai, Sakura bangun lalu merapikan kembali peralatannya. Daichi hanya terdiam melihat Sakura, Daichi seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Kau cukup baik menangani pasien,” Puji Daichi melihat balutan perban di lututnya.
“Hei, jangan meremehkan aku ya! Kalau hanya mengobati luka seperti itu, aku cukup mahir kok!” Elak Sakura salah tingkah di puji oleh Daichi, Daichi hanya terkekeh melihat ekspresi salah tingkah Sakura.
“Kenapa lututmu bisa berdarah seperti itu?” Tanya Sakura berbasa-basi.
“Aku jatuh tadi,” Jawab Daichi singkat. Sakura hanya ber-oh ria. Kesunyian menyelimuti mereka, Sakura ingin bertanya namun ia sudah kehabisan pertanyaan atau lebih tepatnya semua yang ada dipikirannya adalah pertanyaan kenapa Daichi mengetahui namanya, dan kenapa Daichi memakai mobil sport mewah yang biasanya hanya 3 orang yang memakainya di sekolah ini. Sedang asyik-asyiknya Sakura bekutat dengan pikirannya, tiba-tiba suara Daichi mengagetkannya.
“Kita belum berkenalan dengan baik, ya kan?” Tanya Daichi yang dijawab dengan anggukan oleh Sakura. “Hm, baiklah. Hajimemashite, watashi no namae wa Kagayama Daichi desu. Mm, 3-nensei desu. Ya sudahlah itu saja. Yoroshiku” Sambung Daichi  memperkenalkan dirinya.
“Higashino Sakura desu. Watashi wa 2-nensei desu. Yoroshiku ne senpai” Ujar Sakura dengan nada sopan, lalu membungkukan badannya sedikit. Daichi pun ikut membungkukan badannya sedikit.
“Ternyata kau cukup sopan juga ya,” Puji Daichi yang terdengar lebih seperti sindiran yang hanya ditanggapi oleh senyum terpaksa Sakura. “Jika memang tak mau tersenyum, lebih baik tak usah dipaksakan seperti itu. Wajahmu jadi aneh tahu!” Sambung Daichi sambil mencoba berdiri.
“Eh, benarkah wajahku menjadi aneh? Kau mau mengejekku ya?!” Ucap Sakura ketus, membuat Daichi yang kini berdiri disampingnya terkekeh. “Apa yang kau tertawakan?” Lanjut Sakura masih ketus.

--- SKIP TIME---

     Daichi dan Sakura sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Mereka berdua masih ada di UKS, Daichi tidak kembali ke kelas karena ia merasa ngantuk dan ingin beristirahat. Daichi tidur dengan nyenyak di ranjang UKS, sementara Sakura duduk di kursi panjang yang letaknya tidak terlalu jauh dari ranjang.
Tak beberapa lama kemudian, Makoto dan Ayumi datang menjenguk Sakura dengan membawa makanan ringan yang menurut mereka cukup untuk mengganjal perut Sakura. Sakura menyambut kedatangan mereka dengan senyuman, meskipun dalam hati Sakura merasa kesal melihat mereka datang bersama.
“Yo, Sakura-chan! Bagaimana keadaanmu?” Tanya Makoto begitu berada didekat Sakura. Makoto dan Ayumi duduk di kursi yang sama dengan Sakura. 
“Aku sudah baikkan kok, sebenarnya aku sudah boleh kembali ke kelas dari tadi. Tapi aku malas untuk belajar hari ini. Hahaha,” Jelas Sakura tertawa ringan.
“Kenapa kau tidak tidur di ranjang?” Tanya Ayumi menghentikan tawa Sakura.
“Sudah ada yang menempati.” Jawab Sakura singkat sambil menunjuk ranjang tempat Daichi tertidur. Makoto dan Ayumi melihat ke arah yang ditunjukkan Sakura, mereka memandang orang yang tertidur di ranjang itu.
“Hei~, yang tidur itu laki-laki kan?” Tanya Makoto yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Sakura. “Seharusnya dia mengalah pada perempuan. Kenapa malah dia yang enak-enakan tidur di ranjang itu?” Sambung Makoto kesal.
“Haha, tak apa lagipula ranjangnya tidak nyaman untuk dijadikan tempat tidur.” Sakura tertawa memikirkan bagaimana ranjang yang menurutnya tidak nyaman itu bisa membuat Daichi tertidur pulas. Makoto hanya menghela napas, lalu Makoto mengajak Ayumi untuk ke kantin.
“Sakura-chan, kau mau ikut?” Ajak Makoto yang ditolak dengan gelengan dari Sakura. Sakura terlalu malas untuk melihat mereka berdua bermesraan di hadapannya.
“Baiklah  kalau begitu, aku dan Ayumi-chan pamit ya,” Ucap Makoto sambil mengajak Ayumi pergi, Sakura hanya menganggukan kepalanya. Makoto dan ayumi pun keluar dari UKS meninggalkan Sakura. Dengan bosan Sakura membuka bungkus roti yang dibawa temannya tadi.
“Teman-temanmu berisik sekali!” Ujar Daichi yang kini sudah duduk di tepi ranjang. Sakura melirik Daichi sekilas, lalu meneruskan kembali kegiatannya memakan roti. Merasa tidak dipedulikan, Daichi menghampiri Sakura lalu duduk disampingnya.
“Aku minta ya,” Daichi mengambil roti yang tergeletak di meja, membuka bungkusnya kemudian memakan roti itu.
“Aku kan belum memberi izin.” Sakura melirik Daichi yang kini tengah asyik memakan rotinya. Daichi tak menggubrisnya, ia memakan roti itu sampai habis. Sakura hanya geleng-geleng melihat tingkah Daichi.
“Kau tidak kembali ke kelas, huh?!” Tanya Sakura ketus, ia heran kepada Daichi. Padahal lukanya tidak parah, tapi ia malah diam bersantai di UKS.
“Aku senpai-mu lho, bicara yang sopan sedikit.” 
“Sudahlah, jawab dulu petanyaanku,” Sakura sangat kesal karena Daichi tidak segera menjawab pertanyaannya.
“Aku malas belajar, lagipula tak ada pelajaran yang menarik hari ini.” Daichi mengucapkannya dengan santai, seolah itu bukanlah masalah yang besar. “Oh iya, nanti kita pulang bersama ya?” Sambung Daichi mengajak Sakura.
“Tidak terima kasih, aku mau pulang dengan temanku,” Tolak Sakura.
“Pulang dengan temanmu yang tadi? Aku pikir jika kamu pulang bersama dengan mereka berdua, kamu hanya akan jadi serangga pengganggu.” Daichi mencoba mempengaruhi Sakura supaya mau pulang bersamanya, namun Sakura tetap menolak dengan alasan masih ada temannya yang lain yang bisa diajak pulang bersama. Daichi menghela napas panjang, ia bangun dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Sakura sendirian di UKS.
‘Sebenarnya dia itu kenapa sih? Dasar orang aneh!’ batin Sakura heran dengan sikap Daichi.

………….PART 2 END…………


Wuaa, minna Part 2 udah selesai. >w<
Ini masih berlanjut kok, maaf update-nya agak lama saya terserang virus WB minna. Saya kehabisan ide akhir-akhir ini, jadilah ceritanya makin aneh :3
Ah sudahlah, pasti minna pusing.
Ja, Mata ne ^_~)/

Komentar